E. Teori Kewirausahaan
Teori-teori di bawah ini merupakan teori tentang proses pembentukan kewirausahaan.
1. Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memaluli proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha akibat dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai dari perkawinan dan sejenisnya. Sementara, menjadi seorang wirausaha pada kondisi-kondisi seperti di atas adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.
b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaraan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan menjadi wirausaha muncul karena dengan menjadi wirausaha mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.
c. Having positive pull
Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan dari pihak lain memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha.
2. Teori Goal Directed Behaviour
Menurut Wolman (1973), "seseorang dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu".
Teori ini menggambarkan tentang motivasi seseorang untuk menjadi seorang wirausaha. Hal itu dapat dilihat dari langkah-langkah yang diambilnya dalam mencapai sebuah tujuan. Dari motivasi akan keinginan terjadinya sebuah pemenuhan kebutuhan, lalu beralih ke penentuan tujuan / goal directed behaviour, dan akhirnya sampai pada tujuan (goal) itu sendiri atau kebutuhan yang diinginkan menjadi terpenuhi. Dorongan pemenuhan kebutuhan tersebut muncul karena adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri sebuah individu atau calon wirausaha tersebut.
Sementara tujuan dicapainya sebuah (goal) itu sendiri adalah untuk mempertahankan dan memperbaiki kelangsungan hidup wirausaha tersebut.
3. Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.
Teori ini juga dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yang akan diperolah jika melaksanakan perilaku yang menunjukkan suatu keberhasilan. Perkiraan akan berhasilnya tugas yang dilakukannya akan mendatangkan nilai-nilai tertentu.
Comments
Post a Comment